Minggu, 14 Oktober 2012

Terimakasih, Cermin...

Malam ini, entah malam yang keberapa yang ia habiskan untuk bercerita pada dirinya sendiri. Tentang apa yang ada dalam benak, yang telah lama ia simpan, hingga akhirnya tak ia ungkapkan.Tertawa, menangis, bahagia, terluka, ia nikmati hanya dengan secangkir coklat panas atau hanya dengan sebatang lolipop melon dikamarnya.

Ia, gadis cantik yang tidak pernah sadar akan kecantikannya, suaranya merdu, namun tak pernah berani untuk ia publikasikan pada dunia. Dia, terlalu polos, hingga ia tak sadar, berapa orang yang menunggu untuk membuatnya mengatakan "Aku bahagia karna aku memlikimu." Ia terperangkap dalam ruang dimana rasa percaya itu seakan tak ada.

Suatu hari, ia terbangun di tengah-tengah mimpi yang ia ciptakan sendiri, bercermin. Dalam benaknya ia bertanya "Apa ini aku?" , tentu cermin tidak mengeluarkan kata, ia memantulkan wujud hingga pertanyaan itu hanya bisa dijawab oleh dirinya. Dia kembali bertanya "Apa ada orang yang peduli padaku?" lagi-lagi cermin tak bersuara, dan jawabannya hanya bisa ia jawab sendiri.

Setelah itu, ia kembali tidur dan bermimpi, kali ini mimpi yang ia buat begitu indah. Ia ada diantara orang - orang yang mampu membuatnya tersenyum, tertawa, seakan membawa pergi beban yang ia miliki. Dan yang ia rasakan, ada kasih sayang disana.

Pagi hari pun tiba, surya kembali menjalankan tugasnya. Si gadis cantik bangun, bercermin dan bertanya (lagi) "Helo cermin, aku tau kau kan tetap diam, karna itu caramu menjawab semua pertanyaanku. Tapi apakah aku bisa menjawabnya sendiri?" tanya gadis itu sambil merapikan rambutnya.

Setelah ia selasai berdandan, ia kembali menjalankan rutinitasnya. Kali ini, dia coba buka mata lebar-lebar, agar ia bisa menjawab semua hal yang ia tanyakan. Dia tersenyum, menyapa, coba mendengar cerita orang terdekatnya, berbagi sepotong roti, bahkan mimpi yang konyol pun menjadi bahan obrolan hangat yang membuatnya bisa tertawa bersama. "Ini mimpiku." batinnya.

Apa yang ia dengar, tidak selalu sama. Apa yang ia lihat, beraneka ragam. Apa yang ia rasa, toleransi itu ada.

Tiba saatnya ia beristirahat, ia kembali ke depan cermin, kali ini...tanpa pertanyaan, ia hanya tersenyum dan berkata "Cermin, aku tau, banyak hal yang aku tak tau. Cermin, aku sadar, banyak hal yang aku lewatkan. Cermin, aku mungkin aku bodoh, aku tak ingin mengulanginya lagi. Cermin, ternyata jika kita menyadarinya, Ia telah ciptakan jutaan keindahan, dan aku percaya, Aku tidak sendiri untuk menikmatinya. Terimakasih, Cermin....."

Kini, hidupnya bukan hanya tentang putih dan hitam, melainkan penuh gradasi warna yang menakjubkan..


Sumber: ayumidienillah.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cloudy With A Chance Of Sun